PSLH ITB

Food Waste dan Perubahan Iklim

Makanan menjadi salah satu kebutuhan primer yang dibutuhkan manusia. Dalam sehari kita mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak, hal ini tentu juga berkaitan dengan timbulnya limbah makanan yang berasal dari sisa makanan yang tidak lagi dapat dikonsumsi atau dibuang. Limbah makanan bukan hanya berasal dari sektor rumahan, industri food and beverage juga menghasilkan limbah makanan dalam jumlah yang besar di tiap harinya. Faktanya, limbah makanan yang kita hasilkan berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Makanan yang dibuang ke tempat pembuangan sampah dan diteruskan ke TPA akan menghasilkan gas rumah kaca yang disebut metana (CH4). Per unit massa, metana 84-86 kali lebih kuat dari CO2 dalam waktu 20 tahun dan 28-34 kali lebih kuat dalam waktu 100 tahun. Emisi dari kendaraan yang mengangkut makanan juga menghasilkan karbon dioksida (CO2). Limbah makanan berbeda dengan jenis sampah lainnya, limbah ini cenderung memiliki kandungan air yang banyak sehigga membutuhkan banyak energi saat proses pembakaran. Limbah makanan menyumbang sekitar 8-10% emisi gas rumah kaca global. Selain mempercepat perubahan iklim, dampak lain yang ditimbulkan oleh limbah makanan adalah menimbulkan bau busuk, penurunan kualitas air, kebakaran, dan polusi udara dari pengangkutan sampah.

Solusi Penanganan Food Waste

Solusi yang efektif untuk diterapkan adalah dengan meminimalkan timbulan limbah makanan pada sumber, kita sebagai masyarakat harus secara bijak dalam mengkonsumsi makanan dengan mengetahui dan merencanakan apa yang akan kita konsumsi, bagaimana kita menyimpan makanan agar tidak mudah membusuk, memperhatikan tanggal kadaluwarsa produk makanan, serta memanfaatkan sisa makan dengan sebaik mungkin. Walaupun setelah dilakukan pengurangan limbah pada sumber, masih terdapat sisa makanan yang tidak dapat kita hindari, seperti sisa sayuran atau buah-buahan. Kita dapat melakukan pengolahan lain dari limbah tersebut dimulai dengan melakukan pengomposan skala rumah tangga. Pengomposan merupakan metode biodegradasi dengan menguraikan bahan organik seperti sisa makanan dan daun menjadi pupuk kompos. Kegiatan pengomposan penting untuk dilakukan karena dapat mengalihkan sampah organik dari tempat pembuangan sampah, mengurangi emisi gas rumah kaca, mencegah kontaminasi, dan memperbaiki kondisi tanah, produk sampingan dari pengomposan sampah organik berupa kompos dapat berfungsi sebagai alternatif pupuk kimia yang alami dan berkelanjutan.