Pemantauan Emisi untuk Pengolahan Sampah Secara Termal
Halo teman PSLH ITB
Sampah yang dihasilkan oleh aktivitas domestik sering kali sulit untuk mendapatkan pengolahan, hal ini bisa terkendala oleh ketersediaan lahan atau minimnya informasinya terkait tata cara atau teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah sampah tersebut. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah sampah adalah menggunakan Teknologi termal.
Pengolahan sampah secara termal adalah proses pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan yang dapat terbakar yang terkandung dalam sampah dan/atau menghasilkan energi. Pengolahan sampah secara termal dilakukan terhadap sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga yang tidak mengandung B3, limbah B3, kaca, Poli Vinyl Clorida (PVC), dan alumunium foil.
Pemantauan emisi perlu dilakukan terhadap pengolahan sampah yang dilakukan secara termal untuk memastikan bahwa emisi yang dihasilkan telah sesuai dan tidak melampaui baku mutu emisi. Kegiatan pemantauan dilaksanakan dengan tahapan:
- Menyusun rencana pemantauan emisi
- Memantau emisi
- Menghitung beban emisi dan kinerja pembakaran
- Menyusun laporan pemantauan sumber emisi
Pemantauan emisi dilakukan terhadap beberapa parameter baik parameter utama ataupun parameter pendukung, diantaranya:
Parameter utama: Partikulat, Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Oksida (NOx), Merkuri (Hg), Hidrogen Klorida (HCl), Hidrogen Fluorida (HF), Karbon Monoksida (CO), Dioksin dan Furan.
Parameter pendukung: Karbon Dioksida (CO2), Oksigen (O2), Temperatur, Laju alir.
Pemantauan emisi dilakukan dengan 2 mekanisme yaitu terus-menerus atau manual.
- Pemantauan emisi secara terus-menerus dilakukan terhadap proses pengolahan sampah dengan kapasitas lebih besar dari 1000 (seribu) ton per hari. Pemantauan secara terus-menerus wajb menggunakan CEMS.
- Pemantauan emisi secara manual wajib dilakukan terhadap sumber emisi utama, parameter utama dan parameter pendukung pada proses produksi.
Contoh Pengolahan sampah secara Termal:
- Insinerasi: Menggunakan oksidasi thermal untuk melakukan konversi terhadap limbah organik menjadi anorganik. Insinerasi dapat digunakan untuk mengolah limbah padat, limbah cair, limbah gas, limbah B3 serta sampah.
- Pirolisis: Metode degradasi limbah organik secara termal dalam kondisi tanpa oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar.
- Gasifikasi: Metode yang digunakan untuk mengubah bahan padat menjadi gas. Proses gasifikasi membutuhkan temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pirolisis.
Perbedaan signifikan antara pirolisis, gasifikasi dan insinerasi adalah jumlah oksigen yang disuplai ke dalam reaktor thermal.
Referensi:
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.70/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Sampah Secara Termal.